Rabu, 01 Juni 2011

Resep Cappucino Ginger

Bahan :
  • 500 ml susu
  • 2 kuning telur
  • 2 sendok makan tepung maizena
  • 1 sendok makan kopi
  • 2 sendok makan coklat bubuk
  • 7 sendok madu
  • 50 ml aie
  • 2 cm jahe, memarkan
  • 2 sendok makan es krim moka/rasa kopi
Cara Membuat :
  1. Kocok susu dan telur, rebus sampai mendidih
  2. Larutkan maizena, masukkan ke dalam rebusan susu-telur
  3. Masukkan coklat bubuk, madu dan kopi
  4. Tuang ke dalam gelas yang telah diberi es krim
1 Star

Kamis, 03 Maret 2011

Balada Para Penikmat Cappucino

Entah mengapa diriku belakangan ini menggemari harumnya sebuah kopi yang tercipta dari racikan seorang teman, padahal dia bukan barista (peracik kopi), dia hanya menyeduh dari sebuah ketel kecil dekat dapur seberang ruangan, bukan menggunakan coffe maker or shaker seperti laiknya di kedai kopi kenamaan dengan produk coffenya yang terkenal dan dibandrol dengan harga yang lumayan buat kantong.
Kembali pada, kegemaranku sekarang menikmati secangkir cappucino dengan paduan diatasnya choco granulle serasa seperti garnish, semakin membuai hidung yang kembang kepis seakan-akan menari-nari diatas cangkir hot yang semakin menyebulkan asap kecil, menandakan bahwa hot coffe cappucino siap untuk diminum…toast..
Tak sabar untuk menengguk ramuan hot coffe cappucino yang pertama, sensasinya melebur bersama kecapan lidah membuatku semakin ketagihan untuk menengguknya kembali, lagi, lagi dan lagi, sungguh sensasi coffe yang luar biasa, bau dan manisnya merupakan satu paket yang ditawarkan dari secangkir racikan maut.
Rasa penasaranku kembali terusik ketika mengobrol dengan teman mengenai sebuah buku Dewi Lestari yang berjudul Filosofi Kopi, dimana kami menghubungkannya juga dengan filosofi hidup. Sedikit cerita yang bisa disarikan dari buku tersebut yaitu dua lelaki yang bersahabat dan sepakat membangun kedai kopi yang tidak biasa. Kedai Koffie Ben & Jody, itulah nama kafé yang menggunakan nama panggilan pemiliknya. Ben, sebagai ahli minuman kopi, sebelumnya telah melanglang ke seluruh penjuru dunia hanya untuk mempelajari ramuan kopi ternikmat dari kafe-kafe kelas dunia. Kemampuannya memahami setiap rasa kopi yang memiliki efek sensasi sesuai harapan peminumnya, membuat kedainya ramai dikunjuingi pelanggan, dan nama kedainya berganti menjadi Filosofi Kopi, Temukan Diri Anda di Sini. Tapi dalam setiap perjalanan sukses, selalu ada aral sebagai batu ujian. Suatu hari, seorang enterpreuner yang tidak menemukan tegukan kopi sebagai Wujud Kesempurnaan Hidup, telah membuat Ben menutup warungnya demi mencari ramuan itu.
Seolah-olah, seluruh perjalanan panjangnya untuk mendapatkan rasa kopi terbaik di seluruh permukaan bumi jadi sia-sia, dinafikan oleh sepotong lidah laki-laki yang mungkin seumur hidupnya hanya merasakan ‘kopi tiwus “. Mereka berdua mengakui kenikmatan Kopi Tiwus, tetapi tidak sampai disitu saja, ternyata kesempurnaan racikan kopi tersebut sempat mengobrak-abrik pola pikir Ben dan merupakan pukulan terbesar dalam hidup sebagai peracik kopi wahid bahwa Ben’s Perfecto tidaklah sesempurna dari yang dibayangkan selama ini. Stelah sekian lama mengurung diri dan menghentikan aktivitasnya sebagai barista (peracik kopi), Ben akhirnya mengerti esensi dari sebuah Kopi Tiwus yaitu Sesempurna apapun kopi yang dibuat, kopi tetaplah kopi dan tetap memiliki sisi pahit yang tidak mungkin disembunyikan, dari filosofi itulah kehebatan Kopi Tiwus ditemukan.
Lepas dari cerita sebuah Kopi Tiwus tersebut, dari situlah berkembang diskusi kami untuk semakin menelisik hubungan atau benang merah antara kopi dengan filosofi kehidupan manusia. Menengok sebentar tentang sejarah, lahirnya sebuah kopi sampai dengan tercipta cappucino sebagai berikut kopi pada awalnya oleh banyak kalangan eropa dianggap sebagai minuman yang haram. Karena pada saat masa perang salib kopi adalah minuman yg biasa diminum oleh pasukan Turki. Sedangkan di Turki sendiri orang sudah sering meminum kopi bahkan kedai kopi pertama bernama “KIVA HAN” sudah ada pada tahun 1475. Beruntunglah orang Eropa karena Paus pada saat itu, Vincent III, tidak langsung mengharamkan kopi melainkan ingin mencicipinya terlebih dulu. Maka dilakukanlah perburuan kopi hingga sampai di tangan Paus. Menurutnya, “ini sangat nikmat, sangat sayang membiarkan musuh menikmatinya sendiri.”
Suatu ketika mereka menemukan berkarung-karung kopi ditinggalkan musuhnya, pasukan Ottoman dari Turki. Di Wina Austria itulah sejarah kopi berubah. Pasukan di bawah Marco D’Aviano itu mencampurnya dengan krim dan madu untuk menghalau rasa pahit. Warnanya berubah menjadi kecoklatan, mirip dengan Capuchin (topi) D’Aviano. Saat ini, kita mengenalnya sebagai cappuccino.
Minuman ini menjadi begitu popular di Eropa. Italia, tempat asal D’Aviano, mengembangkan minuman ini dengan berbagai variasi. Walau pun sejarah cappuccino berawal di Austria, minuman ini identik dengan restaurant dan kafe Italia. Sedangkan kopi sendiri menurut legenda berasal dari Ethiopia. Dimana ada seorang penggembala kambing yang menemukan kambingnya sangat ceria setelah melewati suatu daerah yang banyak terdapat tanaman kopi. Sejak saat itulah kopi dicari dan dijadikan makanan dengan cara ditumbuk dan dijadikan adonan dengan mencampurnya dengan minyak. Cara ini sampai sekarang masih digunakan suku-suku di Ethiopia. Lalu, racikan cappuccino berasal dari paduan espresso ditambah campuran susu, dihidangkan di gelas besar. Perpaduan kopi espresso dan susu menghasilkan warna coklat mirip pakaian para biarawan Capuchin, maka dinamakan cappuccino.
Mungkin sudah cukup untuk berkenalan singkat dengan racikan maut cappucino, terus bila formula tersebut dihubungkan dengan filosofi hidup yang melekat dalam karakter penikmat dari cappucino, mungkin yang bisa digambarkan sedikit saja bahwa cappucino merupakan sebuah pribadi melambangkan sosok yang santai dalam menghadapi kondisi apapun serta tidak mau diburu- buru meskipun pada akhirnya segala sesuatu dapat dibereskan, life is so easily, ringan dan nikmat. Disamping itu, boleh percaya atau tidak, mengutip dari sebuah penelitian dari seorang pakar kopi, Smell and Taste Treatment and Research Foundation, Allah Hirsch yang mengatakan bahwa jenis minuman cappuccino mencerminkan pribadi yang menyukai segala sesuatu yang bernilai estetika dan juga kepribadian yang ceria.
Bukan bermaksud untuk menghubung-hubungkan antara cappucino dengan kehidupan, tetapi kesimpulan sementara dari diskusi kami bahwa telah terjadi hubungan yang romantis sejak ratusan tahunan lamanya dimana cappucino diracik berasal dari simbolisasi karakter hidup penciptanya, kemudian rasa tersebut menjalar dan ditularkan bahkan hidup dalam hati para penikmat cappuccino
Dibuat ketika penikmat kopi tersebut merasakan kehadiran hot coffe cappucino ditengah-tengah jam siang untuk mengusir rasa kantuknya yang teramat sangat.